Prolog:
Adik saya sebentar lagi lulus SMA.
Dia ngambil jurusan IPA (seperti saya, hehe) harapannya supaya bisa masuk kedokteran (amin), biar ga seperti saya yang cuma lulusan D3 di kampus.. duh miris nyebutnya, walaupun jurusan saya banyak yang membutuhkan (katanya).
Nah karena menurut informasi yang saya denger kuliah kedokteran itu mahal banget dan ibu saya bilang, "ga bakal mampu ngebiayainnya, ntar bisa ga makan sekeluarga".
Tapi saya ga yakin gitu aja, saya akhirnya nyari rincian biayanya di website resmi kampus - kampus kedokteran baik umum maupun gigi. Eh, ternyata hasilnya bener juga... MAHAL BANGETTTTTTTTT !!!!!
Buat masuk doang aja biayanya setara gaji bapak saya selama 1 tahun coy, belum juga uang semesterannya, praktek, dll.
Terus sewaktu saya browsing cari informasi kuliah kedokteran untuk adik saya, ga sengaja nemu postingan dari blog anak kedokteran nih... menarik banget menurut saya.
yaitu tentang hal yang dirahasiakan dokter dari pasiennya dan masyarakat umum, WEW
Berikut adalah hal-hal rahasia dokter yang dibeberkan oleh penulis blog:
- Hanya orang kaya yang bisa jadi dokter
Ini rahasia paling utama, sebenarnya para dokter juga tidak berniat
merahasiakannya, karena sebenarnya tugas media untuk menyiarkan ini.
Saya bukan berasal dari keluarga orang kaya, selama sekolah orang tua saya mungkin hanya mengeluarkan uang biaya hidup saja(sekolah apapun biaya ini ada kan?), karena seluruh kebutuhan sekolah saya sudah dipenuhi dari beasiswa. Ada ratusan beasiswa yang ditawarkan di fakultas kedokteran, beberapa bahkan cukup untuk memenuhi biaya sekolah dan biaya hidup dari pendaftaran sampai lulus. Yang penting ada kemauan pasti ada jalan.
Saya bukan berasal dari keluarga orang kaya, selama sekolah orang tua saya mungkin hanya mengeluarkan uang biaya hidup saja(sekolah apapun biaya ini ada kan?), karena seluruh kebutuhan sekolah saya sudah dipenuhi dari beasiswa. Ada ratusan beasiswa yang ditawarkan di fakultas kedokteran, beberapa bahkan cukup untuk memenuhi biaya sekolah dan biaya hidup dari pendaftaran sampai lulus. Yang penting ada kemauan pasti ada jalan.
- Sekolah di fakultas kedokteran itu luar biasa mahal
Saya rinci ya, biaya sekolah saya(mulai tahun 2001-2007) adalah uang
daftar ulang 300ribu, SPP per semester 400ribu(12 semester), uang ikoma 4
juta yang saya cicil selama 3 tahun, uang wisuda 500 ribu,uang
pelantikan 300 ribu, total 9,9 juta(bersih, tidak ada biaya yang saya
sembunyikan, dan semua dalam rupiah). Semua terpenuhi dari beasiswa.
Memang untuk buku habis cukup banyak, tapi sebagian besar saya pinjam
dan fotocopy meskipun ada yang beli dari uang beasiswa. Dan buku kan
memang biaya yang wajar karena sekolah mahal ataupun murah semua memakai
buku untuk proses belajarnya. Adakah yang kuliah jurusan lain sekitar
tahun itu yang membayar lebih mahal? Banyak sekali. Itulah kenapa banyak
dokter yang menyekolahkan anaknya di fakultas kedokteran,karena murah.
Tapi kok di Koran di tulis ratusan juta? well controversy sell news better than fact. Pada angkatan saya 270 orang membayar seperti saya, sisanya sebanyak 63 orang membayar ikoma mulai 50 juta rupiah dan SPP 5 juta/semester(yang disebut jalur khusus). Tapi jangan kira yang membayar lebih itu lebih bodoh, mereka orang-orang yang mungkin tidak lulus umptn(yang bisa jadi karena kesalahan teknis)ataupun karena faktor usia tidak bisa ikut umptn. Pada waktu kelulusan, rangking satu di angkatan saya adalah anak yang tidak lulus umptn di tahun pertama(jadi baru tahun berikutnya dia lulus umptn) dan ada pula anak jalur khusus yang masuk 10 besar. Sementara saya yang bayar murah, seratus besar pun tidak masuk.
Harus diakui sekarang jumlah jalur khusus semakin banyak, dan semakin mahal. Tapi lucunya, ternyata hanya 50% yang diberikan ke fakultas kedokteran, sedangkan sisanya digunakan universitas untuk operasional mereka(termasuk membiayai fakultas-fakultas lain). Itupun sistemnya, 100% dana masuk ke universitas, nanti yang 50% itu dikeluarkan sedikit-sedikit sesuai proposal anggaran. Jadi ingat bahkan waktu lampu ruang kerja profesor saya mati untuk mengganti bohlam itu pun harus pake proposal, yang akhirnya beliau ganti dengan uang sendiri. Jadi saat biaya masuk FK jadi semahal itu, harusnya dipertanyakan, terus anggaran pendidikan yang 20 % dari APBN itu manajemennya bagaimana? Kok sampai ada beberapa fakultas yang dikorbankan imagenya (dianggap mata duitan) untuk membiayai operasional seluruh universitas.
Kalo fakultas kedokteran universitas swasta mahal, ya jelas. Selain karena sistem beberapa fakultas (biasanya FK dan FKG) mensubsidi semua itu juga berlaku, swasta kan artinya profit taking. Fakultas manapun pasti lebih mahal daripada fakultas yang sama di universitas negerinya kan.
Tapi kok di Koran di tulis ratusan juta? well controversy sell news better than fact. Pada angkatan saya 270 orang membayar seperti saya, sisanya sebanyak 63 orang membayar ikoma mulai 50 juta rupiah dan SPP 5 juta/semester(yang disebut jalur khusus). Tapi jangan kira yang membayar lebih itu lebih bodoh, mereka orang-orang yang mungkin tidak lulus umptn(yang bisa jadi karena kesalahan teknis)ataupun karena faktor usia tidak bisa ikut umptn. Pada waktu kelulusan, rangking satu di angkatan saya adalah anak yang tidak lulus umptn di tahun pertama(jadi baru tahun berikutnya dia lulus umptn) dan ada pula anak jalur khusus yang masuk 10 besar. Sementara saya yang bayar murah, seratus besar pun tidak masuk.
Harus diakui sekarang jumlah jalur khusus semakin banyak, dan semakin mahal. Tapi lucunya, ternyata hanya 50% yang diberikan ke fakultas kedokteran, sedangkan sisanya digunakan universitas untuk operasional mereka(termasuk membiayai fakultas-fakultas lain). Itupun sistemnya, 100% dana masuk ke universitas, nanti yang 50% itu dikeluarkan sedikit-sedikit sesuai proposal anggaran. Jadi ingat bahkan waktu lampu ruang kerja profesor saya mati untuk mengganti bohlam itu pun harus pake proposal, yang akhirnya beliau ganti dengan uang sendiri. Jadi saat biaya masuk FK jadi semahal itu, harusnya dipertanyakan, terus anggaran pendidikan yang 20 % dari APBN itu manajemennya bagaimana? Kok sampai ada beberapa fakultas yang dikorbankan imagenya (dianggap mata duitan) untuk membiayai operasional seluruh universitas.
Kalo fakultas kedokteran universitas swasta mahal, ya jelas. Selain karena sistem beberapa fakultas (biasanya FK dan FKG) mensubsidi semua itu juga berlaku, swasta kan artinya profit taking. Fakultas manapun pasti lebih mahal daripada fakultas yang sama di universitas negerinya kan.
- Setelah jadi dokter langsung kejar target balik modal
Kalo yang modal dengkul kaya saya apa yang mau dibalikin ya? Kan dengkul saya masih ada.
Percayalah, memang di setiap profesi ada oknum yang menjelekkan nama, tapi kebanyakan dari kami tidak ada istilah kejar setoran untuk balik modal. Kebanyakan dokter adalah pribadi yang nrimo berapapun rejeki yang diberikan Tuhan(buktinya dengan banyaknya tulisan yang menjelekkan dokter hanya sebagian kecil kan yang mau repot mengklarifikasi,sebagian besar yang lain nrimo). Tapi itu juga artinya nrimo berapapun pasiennya,sebanyak dan sesedikit apapun. Karena dokter yang pasiennya banyak tidak menolak pasien kesan kejar setoran itu muncul. Percayalah, sebanyak apa dokter yang anda lihat kaya, lebih banyak dari itulah yang hidup bersahaja. Terutama yang mengabdikan dirinya untuk mengajar. Banyak dosen saya yang masih naik becak saat berangkat mengajar, di usianya yang mendekati usia pensiun.
Percayalah, memang di setiap profesi ada oknum yang menjelekkan nama, tapi kebanyakan dari kami tidak ada istilah kejar setoran untuk balik modal. Kebanyakan dokter adalah pribadi yang nrimo berapapun rejeki yang diberikan Tuhan(buktinya dengan banyaknya tulisan yang menjelekkan dokter hanya sebagian kecil kan yang mau repot mengklarifikasi,sebagian besar yang lain nrimo). Tapi itu juga artinya nrimo berapapun pasiennya,sebanyak dan sesedikit apapun. Karena dokter yang pasiennya banyak tidak menolak pasien kesan kejar setoran itu muncul. Percayalah, sebanyak apa dokter yang anda lihat kaya, lebih banyak dari itulah yang hidup bersahaja. Terutama yang mengabdikan dirinya untuk mengajar. Banyak dosen saya yang masih naik becak saat berangkat mengajar, di usianya yang mendekati usia pensiun.
- Biaya berobat mahal karena tarif dokter begitu mahal
Nah ini juga karena kekurang telitian yang berbicara. Jika anda berobat,
coba cek notanya, jujur hampir tidak ada nota yang 50% biayanya adalah
biaya periksa. Porsi terbesar biasanya obat, laboratorium, dan bahan
habis pakai(seperti oksigen, kasa,dll). Biaya periksa yang sudah
kecil(biasanya sekitar 25%) tadi juga masih dibagi untuk operasional
klinik atau rumah sakit. Sebagai gambaran saat saya bekerja di klinik
swasta dari biaya periksa 25ribu/pasien, honor dokter adalah 5 ribu.
Sesuaikah dengan bayangan anda?
Di klinik yang sama juga biaya periksa dokter spesialis adalah 75 ribu/pasien, honor dokter 50 ribu. Besar tapi jika dilihat bahwa lama seorang lulusan sma kuliah sampai menjadi dokter spesialis adalah minimal 11 tahun(itupun kalau lancar ya,dan ga pake ke pedalaman dulu) saya tidak yakin kalo anda mau menerima bayaran lebih murah dari itu jika berada di posisi yang sama. Meskipun hebatnya banyak dosen saya yang spesialis masih menetapkan tarif periksa praktek swasta 35 ribu per pasien.
Di klinik yang sama juga biaya periksa dokter spesialis adalah 75 ribu/pasien, honor dokter 50 ribu. Besar tapi jika dilihat bahwa lama seorang lulusan sma kuliah sampai menjadi dokter spesialis adalah minimal 11 tahun(itupun kalau lancar ya,dan ga pake ke pedalaman dulu) saya tidak yakin kalo anda mau menerima bayaran lebih murah dari itu jika berada di posisi yang sama. Meskipun hebatnya banyak dosen saya yang spesialis masih menetapkan tarif periksa praktek swasta 35 ribu per pasien.
- Harga obat dokter mahal sekali
Wah, saya mau bilang apa ya. Doakan saya segera punya pabrik obat biar
saya produksi obat murah, tapi masalahnya anda mau minum tidak. Sering
saya resepi pasien obat generik yang harganya sepersepuluh harga obat
paten yang kemudian ditolak mentah-mentah oleh pasien tersebut. Hanya
dibawah sepuluh persen pasien saya yang mau diberi obat generik, jadi
salah siapa.
Ada penulis yang membandingkan sebotol infus berisi nutrisi berharga 600 ribu, dengan sepiring nasi warteg. Saya berharap beliau bisa segera memproduksi infus nutrisi seharga nasi warteg tersebut, karena kalau memang bisa, banyak sekali pasien saya yang membutuhkan.
Ada penulis yang membandingkan sebotol infus berisi nutrisi berharga 600 ribu, dengan sepiring nasi warteg. Saya berharap beliau bisa segera memproduksi infus nutrisi seharga nasi warteg tersebut, karena kalau memang bisa, banyak sekali pasien saya yang membutuhkan.
- Dokter jadi anak emas pemerintah dibandingkan profesi kesehatan lain
Saya tidak memungkiri kalau profesi dokter diperlakukan spesial oleh
pemerintah. Calon dokter disuruh sekolah lama dengan alasan kompetensi,
dan masih wajib diuji kompetensi setelah lulus. Dianggap berutang kepada
pemerintah sehingga wajib mengabdi, ditempatkan ke ujung-ujung
pedalaman yang bahkan pemerintah sendiri tidak mau menengoknya, dengan
gaji seadanya, kadang berangkat dengan biaya sendiri, agar masyarakat di
pedalaman tadi merasa diperhatikan dan tidak minta merdeka. Cuma jujur,
saya belum tahu kalau istilah itu sudah diganti dari diskriminasi
menjadi anak emas. Atau mungkin guru bahasa Indonesia saya tidak update
ilmu ya.
- Anak saya harus jadi dokter agar bisa kaya
Mohon maaf kepada orang tua yang bercita-cita seperti itu, sebaiknya
jangan dimasukkan fakultas kedokteran. Memang ada dokter yang bisa kaya,
tapi perhatikan bahwa mereka jadi kaya karena berhemat dan menggunakan
uangnya untuk bisnis lain. Saya pastikan tidak ada satupun dokter yang
kaya dari hasil praktek kedokterannya, hidup cukup mungkin, tapi untuk
kaya pasti dia dapatkan dari bisnis lain. Dan yang pasti dari beberapa
dokter yang anda lihat hidup berkecukupan, lebih banyak lagi yang hidup
sederhana. Banyak diantara mereka yang mencicil rumah dan mobil mereka,
sama seperti karyawan yang lain, hanya saja mereka tahu betapa kecil
penghargaan setiap orang yang mereka layani, sehingga mereka lebih hemat
dan tampaknya memiliki harta lebih banyak. Banyak oknum karyawan yang
hanya datang absen selama 20 hari kerja untuk mendapatkan gaji 1 juta.
Sementara dokter harus melayani 200 orang dengan sabar untuk mendapatkan
jumlah yang sama. Itulah yang membuat perlakuan kami terhadap hasil
kerja kami berbeda.
- Banyak dokter yang melakukan malpraktek
Harus diakui memang, apalagi budaya Indonesia yang sungkanan dan pasien
yang merasa dengan membayar mereka berhak minta dilayani apa saja. Saya
juga pernah, kadang menuliskan surat sakit untuk saudara, maupun
menuliskan surat kesehatan pasien yang memohon-mohon karena dia butuh
kerja. Itulah malpraktek yang kadang-kadang dengan sengaja kami lakukan.
Pernahkah anda merasa itu bentuk malpraktek? Bukanlah anda periksa
terus tidak sembuh, ataupun jadi sakit karena alergi setelah minum obat
dokter, yang diproduksi sebenarnya oleh pabrik obat. Bukan kuasa kami
soal kesembuhan maupun alergi itu. Memang, tidak jarang ada kesalahan
dari pihak dokter, tapi kami adalah orang yang menjaga kehormatan. Bila
ada sejawat kami yang salah kami bilang salah begitu pula sebaliknya.
Maka jika ada tudingan malpraktek harap perhatikan proses
persidangannya, proses pembuktian benar dan salahnya. Karena keputusan
bukan malpraktek hampir tidak pernah diberitakan.
Lucunya, sama seperti reaksi obat seharusnya yang dituntut adalah pabrik obatnya, ada pabrik yang memproduksi racun dan dikonsumsi oleh jutaan masyarakat Indonesia tapi tidak pernah dituntut seperti dokter yang berusaha menolong pasiennya.
Lucunya, sama seperti reaksi obat seharusnya yang dituntut adalah pabrik obatnya, ada pabrik yang memproduksi racun dan dikonsumsi oleh jutaan masyarakat Indonesia tapi tidak pernah dituntut seperti dokter yang berusaha menolong pasiennya.
Sementara itu dulu yang bisa saya beberkan dari rahasia para dokter.
Semoga bisa membuka pandangan, bahwa anggapan sering sekali tidak sesuai
dengan kenyataan, karena sebagai manusia sering yang kita lihat adalah
yang kita ingin lihat. Buat para sejawat semoga tulisan ini bisa
mengembalikan keikhlasan kita dalam setiap proses, baik saat menuntut
ilmu maupun melayani pasien, karena tidak ada balasan di dunia yang bisa
dibandingkan dengan balasan di akherat nanti.
Nah begitulah sesuatu hal yang dirahasiakan dokter dari masyarakat menurut sang penulis.
Ya lumayan lah buat nambah informasi ma pengetahuan tentang dokter dan kuliahnya.. hehehehe
Dikutip dan bersumber dari Bella Maritza Wordpress
3 Budayakan bacot disini:
terima kasih banyak, semoga semakin sukses
succes for all
memeng mas bro kalau saya perhatikan juga kuliah kedokteran itu hanya buat orang kaya
Posting Komentar